Jumat, 22 Oktober 2010

Etika Dalam Vegetarian

Di dunia sekarang,katakan jika ada manusia yang menggugat tetangganya ke pengadilan karena dia telah membunuh makhluk yang bisa merasakan sakit dan menunjukan ketakutan luar biasa ketika akan dibunuh,bahkan dengan segala cara berusaha melarikan diri.Setelah dibunuh,bangkai makhluk itu kemudian dipotong-potong untuk diambil dagingnya,dimasak dengan segala jenis rempah-rempah dan kemudian dinikmati bersama istri beserta anak-anaknya.Jika makhluk itu adalah manusia maka sudah dapat dipastikan sidang pengadilan akan bergulir demi menegakkan keadilan,terutama bagi makhluk yang telah dibunuh tersebut.Koran-koran akan memberitakannya dengan heboh dan masyarakat akan mengutuk perbuatan membunuh ini barbar,kanibal,tidak berprikemanusiaan,dan sebagainya.Tetapi jika makhluk itu adalah seekor babi? Mengapa? Tatanan masyarakat ''berbudaya''seperti kita tidak bisa menerima pembunuhan manusia demi untuk dimakan dagingnya.Pembunuhan manusia,berbeda dengan pembunuhan yang dilakukan atas binatang,bisa menimbulkan konflik besar dalam masyarakat atau diri seorang indvidu.Seperti yang berhasil diangkat dengan ekspresif oleh penulis besar perancis Emile Zola in Man,''Dia bersungguh-sungguh untuk membunuh dan tahu mengapa dia akan membunuh.Tapi dalam dua langkah,satu ke depan,satu ke belakang,tiba-tiba runtuh semua yang ada dalam dirinya.Tidak,dia tidak akan melakukannya!Dia tidak akan membunuh manusia sesamanya yang tidak bersenjata.Otak tidak akan pernah menghasilkan alasan bagi seorang pembunuh jika dorongan insting untuk melakukannya tidak adan disana.Tak ada semprotan racun yang membuatnya ingin menerjang korbannya,juga tidak ada dorongan karena lapar atau nafsu untuk memusnahkannya.Apa bedanya,katanya kepada diri sendiri,jika hanyalah pembenaran yang dikumpulkan sedikit demi sedikit untuk membenarnya dia membunuh.Padahal dia tidak merasa bahwa adalah benar melakukan pembunuhan,dan bagaimanapun argumen yang dikemukakannya sendiri,dia tidak pernah bisa meyakinkan suara hatinya bahwa hak untuk membunuh itu ada.''
Inti kalimat-kalimat di atas mewakili gambaran pertentangan dalam diri seorang manusia yang sebenarnya sudah memutuskan dengan mantap untuk membunuh suami kekasihnya.Berbagai dalih seperti kebahagiaan mereka kelak setelah sang suami meninggal,dikemukan sebagai alasan.Tetapi pada momen yang menentukan dia tidak bisa melakukannya karena gejolak hati nuraninya.Karena manusia sesungguhnya tidak memiliki insting untuk membunuh dan segala alasan yang tampaknya masuk akal sesungguhnya hanyalah pembenaran untuk melakukan pembunuhan.
Tak ada pembenaran nuraniah dan akal budi yang bisa diunjukkan untuk membunuh makhluk yang tidak bisa mempertahankan dirinyaa sendiri,baik itu manusia maupun binatang.Inilah etika lebih luas yang dimaksud oleh Dr.Albert Schweitzer Zola terbatas kepada''manusia sesamanya yang tidak bersenjata''.Namun sekarang kita perlu melihat dari sudut pandang etika yang tidak hanya mencakup manusia tetapi juga binatang.Terlebih-lebih manusia tidak memiliki dorongan naluri untuk membunuh demi kelangsungan hidup.Terutama juga manusia adalah makhluk yang bisa memilih mambunuh atau tidak untuk makanan,pakaian,dan tempat tinggalnya.
Jelas manusia memiliki keunggulan olah otak dibandingkan binatang.Tetapi ini adalah masalah derajat yang sangat relatif.Begitu pernyataan yang dikemukakan Charles Darwin.Tingkat kemampuan rasio manusia memungkinkannya berhasil hidup dalam lingkungannya.Begitu pula kemampuan rasio binatang sesuai untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.Dari kaca mata objektif maka tak ada satu yang lebih dan kurang bagi lainnya.Lagipula,manusia tidak selalu makhluk rasional.Apakah bayi manusia lebih rasional daripada burung heron yang menggunakan bait untuk memancing ikan naik ke atas permukaan air? Barangkali kita tidak akan menggunakan istilah rasional untuk kasus burung heron tetapi paling burung heron menunjukkan apa yang dalam dunia manusia dikenal kemampuan memahami masalah dan mencari jalan keluarnya.Kemampuan ini memberi keunggulan kepada burung heron dalam menangkap mangsa.Apakah burung heron lantas menjadi makhluk tidak rasional jika tidak bisa menyelesaikan matematika 1+1=2?
Di atas segala macam bentuk rasio dan barangkali juga perasaan emosi serta kesadaran,kita kembali lagi kepada salah satu hal yang paling fundamental.Hal yang memanggil manusia untuk mengembangkan etika yang tak hanya terbatas kepada sesamanya manusia tetapi juga sesamanya makhluk hidup.Hal itu adalah mereka juga bisa merasakan sakit dan mereka memiliki hak untuk tidak disakiti.Rasa sakit yang dialami binatang adalah sama gamblangnya dengan kesakitan manusia ketika dagingnya ditusuk paku.Dan bukan hanya binatang dalam keluarga taksonomi mamalia dan burung yang bisa mengalami rasa sakit,tetapi juga segala binatang di laut,termasuk ikan.Ikan,tentu saja berbeda dengan sapi yang bisa menunjukkan ekspresi sakit dan menderita melalui sorot matanya atau babi dengan lenguh suaranya.Namun dalam dirinya yaitu secara fisiologis ikan menghasilkan senyawa kimia yang menunjukkan bahwa mereka juga berkapasitas menderita rasa sakit seperti manusia.