Selasa, 01 Februari 2011

PBB Desak Masyarakat Global Ubah Pola Makan untuk Selamatkan Bumi

International Panel of Sustainable Resource Management(IPSRM)Menunjukkan produksi peternakan menyumbang 70 persen polusi air bersih secara global,30 persen penggunaan tanah dan 19 persen emisi gas rumah kaca dunia.Laporan tersebut yang akan disampaikan kepada pemerintahan seluruh dunia.Menjadi vegetarian adalah satu-satunya cara memberi makan penduduk dunia sambil mengurangi perubahan iklim.Penurunan dampak yang signifikan hanya mungkin terjadi dengan perubahan diet dan pola makan yang signifikan pula di seluruh dunia.''Manusia bisa membantu memerangi perubahan iklim dunia dengan mengurangi makan daging,''ujar Achim Steiner,Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB,seperti dilansir dari telegraph,Jumat(4/6/2010).Steiner menuturkan bahwa IPSRM telah mengkaji semua data ilmiah yang ada dan menyimpulkan bahwa dua bidang utama saat ini yang memiliki dampak amat tinggi pada sistem pendukung kehidupan planet ini adalah energi dalam bentuk bahan bakar fosil dan peternakan,khususnya peningkatan ternak untuk daging dan produk susu.PBB memperingatkan bahwa kehancuran lingkungan sebagai penopang kehidupan secara besar-besaran kemungkinan semakin dalam hingga ke titik tidak dapat dipulihkan kembali setelah target global untuk memangkas kemerosotan pada tahun ini gagal.Sebagai akibat dari kemerosotan lingkungan,dunia sekarang bergerak mendekati beberapa ''tipping points''dimana beberapa ekosistem yang memainkan peranan penting dalam proses alami seperti iklim atau rantai makanan kemungkinan hancur selamanya,demikian bunyi laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa
Laporan ketiga ''Tinjauan Biodiversitas Global''menemukan bahwa pembabatan hutan,polusi,atau eksploitasi berlebihan merusak kemampuan produksi lingkungan yang paling rentan,seperti hutan hujan Amazon,danau,dan terumbu karang.''Laporan ini menyebutkan bahwa kita mencapai ''tipping points''dimana kerusakan planet yang tak dapat dipulihkan kembali akan terjadi kecuali kita bertindak segera,''ungkap Ahmed Djoghlaf,sekretaris eksekutif Sidang Keragaman Biologis PBB,pada para jurnalis.Djoghlaf berargumen bahwa laju kepunahan untuk beberapa spesies hewan atau tumbuh-tumbuhan mencapai rekor tertinggi dalam sejarah,hingga 1.000 kali lipat daripada yang pernah terjadi,bahkan mempengaruhi hasil panen dan ternak.